SAMPAI MENUTUP MATA
SAMPAI MENUTUP MATA
Embun di pagi buta
Menebarkan bau asa
Detik demi detik ku hitung
Inikah saatku pergi
Namanya Mario
Stevano Aditya Haling. Sehari-harinya adalah Rio. Dia adalah teman sekelasku
dari mulai kelas X sampai kelas XII
sekarang. Awalnya perasaan ini biasa saja. Lama kelamaan muncullah sesuatu yang
selalu di impikan setiap orang. Bahkan ingin dimiliki semua orang “Cinta”.
Cinta yang
kian tumbuh, membentuk sebuah bangunan yang tak bisa ku huni. Tak bisa ku
miliki dan tak bisa ku gapai sampai sekarang.
Kejadian itu,
kejadian yang akan selalu ku kenang, selalu ku simpan di memori ingatanku dan
bahkan aku tak akan menghapuskannya sampai kapanpun. Kejadian saat kau
menggendong tubuhku yang lemah, yang tak berdaya saat upacara 17 agustusan
berlangsun. Perhatianmu, tatapanmu, bahkan senyum mu selalu ku ingat.
Tuhan, aku
mohon jangan sekarang, jangan sekarang kau ambil ragaku ini. Karena aku ingin
melihatnya dari kejauhan setiap waktu yang aku punya
Oh tuhan ku cinta dia
Berikanlah aku hidup
Tak kan kusakiti dia
Hukum aku bila terjadi
Aku berjalan
menuju ke sekolah dengan menikmati setiap oksigen yang ku hirup. Mentari pagi
telah bersinar, sayup-sayup burung terdengar begitu indah. Setiap insan
menikmati hari seperti ini. Dari kejauhan tampak kau berhenti dengan memengang
sepedamu, tersenyum ke arahku dan tatapan itu, tatapan yang selalu ku rindukan
dari dulu.
Aku mulai
mendekat, namun kau tak beranjak 1 cm pun, kau tersenyum lagi. Semoga senyum
itu, bukan senyuman yang terakhir kali.
“Selamat pagi
Ify” sapa Rio.
“Selamat
pagi” balasku tersenyum.
Jika ini
mimpi tolong. Tolong! Jangan bangunkan aku, karena momen ini begitu berharga.
“Berangkat
bareng yuk, Fi” ajak Rio seraya tersenyum. Aku mengangguk tanda setuju.
“Naik Fi”
ucap Rio lagi. Aku tersenyum, terkejut dan senang sekali. Perhatiannya yang
selalu ku puja dari dulu, kini hadir kembali. Aku mulai naik sepeda Rio , duduk
didepannya dengan kedekatan yang hanya berjarak 1 cm, membuatku berharap untuk
tidak cepat bangun dari mimpiku.
Kau bernyanyi
pandangan mu penuh arti, senyumanmu , senyuman yang selalu bisa membuatku lupa
akan raga yang tak lama lagi.
Ini mimpi?
Sungguh! Ini sebuah kenyataan. Kenyataan aku selalu bahagia disampingmu, karena
aku mencintaimu.
Aku tak mudah untuk mencintai
Aku tak mudah mengaku ku cinta
Aku tak mudah mengatakan
Aku jatuh cinta
Kebiasaanku
adalah tiap pagi sebelum bel berbunyi, aku selalu menyempatkan diri ke tempat
favoritku selama aku bersekolah disini, tempat yang selalu bisa membuatku
tenang, membuatku merasakan hangatnya mentari. Merasakan begitu dekatnya
mentari denganku dan merasakan kebahagiaan hidup yang sebentar lagi tak bisa ku
rasakan. Terdengar langkah mulai mendekat ke arahku dan berdiri di sampingku.
“Tempat
favorit ya?” tanyanya.
“Iya” jawabku
singkat.
“Ini juga
tempat favoritku” ucapnya memandang ke arah depan, entah apa yang dilihatnya
disana. Mungkin permandangan kota yang sudah semakin di sinari oleh mentari
atau dia juga menikmati momen seperti ini, seperti yang kurasakan. Berteman
dengan mentari.
“Sejak
kapan?” tanyaku agak canggung.
“Sejak
pertama kali aku melihatmu disini, setiap pagi aku juga berada di sini, berada
di belakangmu, menikmati apa yang kau nikmati , melihat apa yang kau lihat tapi
tak bisa merasakan apa yang kau rasa” ucap Rio ramah dan membuatku terkejut.
Aku tersenyum , ternyata selama kurang lebih 3 tahun aku menikmati sinar
matahari disini tidak sendirian , dia ada disini. Betapa bodohnya, aku tak
pernah menyadarinya. Pernah satu kali kau ketahuan berada dibelakangku, wajah
kagetmu terpancar begitu jelas. Kau berpura-pura mencari jam tanganmu yang
terjatuh. Kedua kalinya, kau juga ketahuan , wajah kagetmu selalu berhasil
membuatku tersenyum, wajah polosmu, seperti anak kecil. Sungguh lucu. Alasanmu
kau mencari Alvin, teman sebangku mu. Tapi aku selalu berharap jika itu memang
alasan sesungguhmu, semoga tidak benar.
“Apa kau
tidak sadar , pertama kali aku berada dibelakangmu, kau menyadarinya, dan
alasanku adalah mencari jam tangan. Kedua kalinya, aku juga ketahuan , alasanku
karena aku mencari Alvin dan aku beranjak dari sini. Tapi, aku hanya beranjak
beberapa langkah saja. Mulai saat itu, aku lebih hati-hati dan lebih diam-diam
menemanimu disini” ucap Rio.
“Terima kasih
sudah menemaniku setiap pagi menikmati mentai” ucapku seraya tersenyum.
Kau tahu? Aku
sangat sulit untuk mencintai seseorang. Tapi, mencintaimu sangat mudah untukku.
Karena kau berbeda, senyummu, tatapanmu, dan perhatian mu dulu. Yang selalu
bisa membuat merasakan kebahagiaan mencintai seseorang. Walau ku tahu, aku tak
bisa selamanya melihat senyummu , tatapanmu dan perhatianmu karena aku akan
pergi dan tak akan kembali lagi. Saat mencintaimu tak banyak usaha yang
kulakukan. Aku mencintaimu secara diam-diam,melihatmu tersenyum, nelihat
gerak-gerikmu, semua hal tentangmu kun lakukan diam-diam. Karena aku tak mudah
mengatakan aku jatuh cinta padamu.
Senandungku hanya untuk cinta
Tirakatku hanya untuk engkau
Tiada dusta sumpah ku cinta
Sampai ku menutup mata
Hari ini,
tepat tanggal 6 juni 2014 umurku bertambah satu tahun, umur yang cantik
menurutku, 17 tahun. Aku bahagia bisa bertahan sampai saat ini, sampai
umurku sudah 17 tahun. Aku berharap di
ulang tahunku kali ini ,aku dapat hidup lebih lama lagi. Tapi itu sangat tidak
mungkin. Hari ini kedua orangtua ku begitu sedih, cemas dan takut karena aku
harus dilarikan kerumah sakit tadi pagi, Pagi-pagi sekali. Ibu dan ayahku, ku
lihat wajah mereka, ketakutan dan kecemasan selalu terpancar dari wajah mereka.
Sekarang jam menunjukkan pukul 17.00 WIB. Aku telah sadar dari koma satu jam
yang lalu. Ibuku datang dengan seseorang yang berada dibelakangnya, dia...
dia.. yang selalu aku rindukan dan
selalu aku cintai. Senyumnya tak lagi sama, senyum kecemasan sangat jelas
diwajahnya. Perlahan ibuku mendekat dia juga mendekat, sekarang dia berada di
samping ku yang terbujur lemah.
“Ifi, Rio
ingin membawamu keluar sebentar, tadi dia sudah izin kepada ibu. Ibu
mengizinkan tapi sebentar. Tergantung keputusanmu lagi, kau mau Ifi?” tanya
Ibuku. Aku hanya mengangguk. Rio mengendong ku dari tempat tidur yang tak
pernah aku inginka dari dulu menuju ke kursi roda. Dia mendorong kursi roda ku
perlahan tapi pasti tak jauh dari rumah sakit. Terdapat sebuah kue ulang tahun
kecil, sederhana tapi sangat berarti untukku.
“Selamat
Ulangtahun Ifi” ucapnya. Aku sangat terharu dan bahagia. “Makasih yo” ucapku
tersenyum.
“Sama-sama ,
tiup lilinnya ya. Jangan lupa pake make wish” ucapnya. Aku membuat harapan dan
meniup lilin. Rio tersenyum dan memberikan sebuah kado , ku buka kado dari Rio
dan ku melihat ada sebuah benda kecil ternyata sebuah perekam suara dan sebuah
boneka kelinci kecil benda yang menjadi koleksi di kamarku, boneka kelinci
boneka kesukaanku.
Rio
menyuruhku mendengarkan perekam suara yang diberikannya, perlahan suara Rio
terdengar di telingaku sebelum bisa mendengarkan ucapan Rio lebih lanjut lagi,
sangat terasa badanku sangat lemah dan tak berdaya berada dipelukkannya. Aku
merasakan titik demi titik air jatuh di wajahku, aku merasakan air ini bukan
air hujan. Apakah mungkin ini air mata Rio? Apakah aku membuatnya menangis ?
tetapi kenapa Rio menangisi ku? Seandainya mata ini dapat ku buka.
Sekarang aku
sadar, aku sudah kembali ke tempat tidur
yang tak pernah ku sukai dan bau obat yang sangat menyengit. Rumah
Sakit.
Hal yang paling ingin ku dengar sekarang
adalah sebuah perekam yang Rio berikan. Ku lihat Rio yang berada disampingku
menggenggam tanganku dengan erat dan mendengarkan kembali perekam suara
tersebut.
“ Pertama kali aku melihatmu saat
upacara 17 agustusan badanmu sangat lemah, wajahmu pucat, tapi saat kau sadar
kau seperti menghipnotisku dengan senyummu, senyum yang selalu ku rindukan,
senyum yang selalu ada di hatiku. Saat itu lah aku nselalu memikirkanmu tanpa
sadar aku selalu memberi perhatian yang tak pernah ku lakukan untuk siapapun.
Kemudian aku mulai mencarimu, berharap kita satu kelas ternyata harapanku
terkabul 3 tahun satu kelas denganmu membuatku sangat bahagia ingin rasanya aku
selalu menegurmu setiap hari, ingin rasanya mengucapkan kata yang tak pernah
terucap sampai sekarang untukmu, tapi lidah ini selalu saja bisa mengelak. Ku
lihat setiap hari kau selalu ke atas gedung sekolah, setiap hari juga aku
selalu melihat mu dan menemanimu teersenyum melihat mentari. Walaupun aku
selalu berada di belakangmu , karena aku tak berani berada di sampingmu. Berada
disamping mu membuatku mandi. Keringat hehe.. kau tahu siapa yang ku maksud?” . aku tersenyum. “ Ifi kau lah orangnya, dalam diam aku selalu
mencintaimu fi, maaf aku pengecut tidak berani mengungkapkannya secara
langsung, aku mencintaimu fi”.
Tak sadar ,
aku menangis mendengar pengakuan Rio, pengakuan yang tak ku duga dan pengakuan
yang sangat-sangat berarti untukku.
“Rio aku
mencintaimu”. Kata itulah yang dapat ku ucapkan dengan sangat-sangat tak ingin,
Tuhan sudah menjemputku ke sisinya.
Cintaku,
sampai ku menutup mata.
Comments
Post a Comment