MUNGKIN INI PILIHAN
Aku merasa muak
dengan semua ini, kenapa harus selalu aku yang mendapatkan cobaan seberat ini,
kenapa aku ditakdirkan didunia ini hanya untuk merasakan sakit,pahit dan gundah.
Semua orang tidak ada yang peduli keadaanku sekarang. Dunia itu terlalu
buruk,jahat dan kejam rasanya. Aku tidak ingin berada disini. Ini bukan
tempatku, aku tak pantas untuk hidup hidupku tertoreh tinta hitam, semua hampa
hati ini terlalu merasakan sakit. Hidungku mengeluarkan darah kental yang berada
diusapan tanganku. Kepala ku terasa pusing tak berdaya dunia begitu
samar-samar.
Lagi-lagi aku
dibangunkan dengan kain putih bersih, saluran tali putih berada ditanganku,
mataku terbuka dan melihat sekitar putih bening terbayang-bayang. Bayangan mataku
semakin nyata.Tempat ini lagi yang ku temui. Bau nyengat obat-obatan membuat
kepalaku pusing tak berdaya untuk bangkit dan lari dari semua ini.
Ya Tuhan, kenapa
tempat ini menjadi kehidupanku,kuingin bebas seperti orang yang di luar sana
kenapa aku tidak bisa seperti mereka. Kehidupan terpuruk di tempat aneh
terpenil seperti ini. Kenapa lagi lagi kau terbaring lemah? Kenapa aku tidak
mati saja? Ini sungguh menyebalkan. Umurku baru 17 tahun sudah tidak bisa
menjadi kehidupan indah aku sendiri sekarang tidak ada yang peduli dan sayang
kepada ku. Hidup ini kelam aku, seperti bayangan yang tak terlihat oleh mereka.
Ah...hidung ini cerewet,lagi –lagi mengeluarkan cairan darah,tangan ku lemas
untuk megusapnya.badanku terasa lemas,keringat putih ini yang bening keluar
dari beningku.
Orang yang
berseragam serba putih menghampiriku dan mengecek badanku.mataku berkunang
bayangan orang itu tidak begitu jelas.lagi-lagi mataku terlelap menghentikan
semuanya.
Aku merasakan
getaran dan tangisan yang berada di kejauhan.aku lemas sekali ku coba membuka
mata ini,tapi sayang mata ini tak mudah untuk terbuka.ruangan unit gawat
darurat yang mendorongku masuk dengan kasur roda.
Sudah hampir seminggu
keadaanku di ruangan UGD mulai kritis.sekarang aku siuman ku lihat tangan
beraliran tali putih sedotan darah dan hidungku dibungkus dengan sedotan putih
agar aku dapat bernafas. Alah,ternyata tabung itu yang membuatku hidup,kenapa
kau menolongku,dasar kau tak berguna . mataku melirik ke samping kiri bayangan
samar-samar terasa ada orang yang menjagaku,dia terlelap di sampingku siapa
dia? Berulang kali ku mencoba tanganku untuk bergerak menyapa orang itu tapi
gagal. Dan ku berdoa ya Tuhan izinkan aku menyapanya bismilah perlahan ku
gerakkan tangan ini ku arahkan dan akhirnya berhasil.
Ternyata itu Dimas,dia
terbangun dan cepat melihatku. Sa,lo sadar, lo sudah sadar, alhamdulilah ya
allah gerutu dimas kegirangan menggenggam tanganku. Arrghh,,,kenapa kau
menolongku,aku sudah broken home,hidupku sudah hancur. Dimas mengelus elus
keningku sampai ke rambut. Begitu bahagia dia saat aku sadar,tapi aku tak ingin
merpotkan kehidupannya lagi.
1 bulan kemudian
aku sembuh dari koma ku. Lidahku tak lagi keluh hanya saja ku masih duduk di
kursi roda. Tante manda menghampiriku di ruangan rawatku. Ceria matanya
berkilau melihat parasku yang tak lagi pucat “sa sekarang kamu
sembuh,alhamdulilah, doa kami di kabulkan allah,satu keluarga kami sangat
menunggu kehadirnmu terutama dimas yang selalu bersedih dia jarang makan mikirin kamu dan dia sering
ke mesjid buat doain kesembuhan kamu,pulang sa kami kangen sama kau” ucap tante
manda lembut mengecup keningku.
Aku di dekapnya
terasa hangat batin ini terasa tenang dan merasa bersalah “ iya tan,salsa akan
pulang ke rumah maaf salsa sudah merepotkan keluarga tante padahal keluarga
salsa sendiri tidak peduli” sahutku geming air mata berlinang di mataku ini
terasa pahit mengingat papa dan mama ku cerai saat kanker ku memburuk. Mereka
sibuk dengan urusan mereka masing-masing tanpa memperdulikan ku lagi.
Aku tidak mengira
kasih sayang merek dulu telah sirna. Hanya gara-gara papaku bangkrut mama tega
menduakan papa yang sedang sakit. Begitu kejamnya mamaku, aku tidak menyangka
mama buta karena harta, dan menyayangiku karena harta papa. Papa yang kini jauh
meninggalkanku karena stroke. “Sabar ya pa.Salsa akan bertemu papa sebentar
lagi. Tunggu kedatanganku pa” Batinku saat ku terpejam dan merangkul foto
papaku.
“Sa, kamu belum tidur” gerutu Dimas yang berada disamping kasur
dan duduk diatasnya. Aku terbangun dari khayalanku dan cepat menampak senyum
saat memandang senyum. “Dimas! Aku belum ngantuk” Ucapku lemas. Dimas cepat
menyuruhku bangkit dari kasur dan meletakkanku di kursi roda. Dia membawaku di
pintu luar. Karena kamarku berada di lantai dua jadi kami melihat alam yang
begitu kelam diluar. “Sa, kamu tau nggak kenapa beribu banyak bintang Cuma kamu
yang terang?” “Nggak”. Jawabku singkat. “Soalnya dari berbagai banyak bintang
hanya satu pasangan bulan... Haha” gerutu Dimas tertawa-tawa. Aku ikut tertawa
mendengar ucapan itu. Dimas malam ini selalu membuatku tak bisa menahan tawa.
Kebahagian itu hanya sementara buatku, malam ini bersama Dimas. Dia sangat baik
padaku. Aku terlalu banyak merepotkannya, meminum obat dia yang ingetin, makan
dia ingetin, minum dia yang nyiapin. Segala keperluanku dia selalu
menyiapkannya untuk orang sakit yang tidak berguna untuknya.
Hari ini tepat hari minggu.lagi-lagi dimas mengajakku untuk
refresing. Raut di wajahnya sangat ceria dan mempesona sehingga aku mau saja di
ajaknya. Di fikiranku masih banyak yang harus aku selesaikan, aku ingin ketemu
mamaku yang lari entah kemana. Aku ingin saat terahirku ini dapat ketemu
dia.walaupun kasih sayangnya bukan untuk aku lagi tapi untuk anaknya yang lain.
“kita mau kemana
mas,aku capek” jawabku lemah,dan lesu. Dimas terus menyemangati hari-hari
ku.”ada deh,deket lagi kok” ucap dimas lemah lembut yang masih mendorong kursi
roda ku berjalan.kini kami sudah sampai dirumah pohon di sertai taman yang indah
sekali. Sunguh-sunguh menakjubkan luar biasa.begitu banyak bunga-bunga di taman
itu dan berwarna-warni
”wow, iniindah sekali
dimas,tempat apa ini OMG”ucapku girang dan tak dapat ku bayangkan betapa
indahnya tempat itu
“hehe...ini namanya “beautiful home tree”kamu sukakan
tempatnya jawab dimas
“suka banget” “
terimakasih kamu udah bawa aku kesini”ucapku sambil tersenyum memandang dimas.
Aku membenarkan porsi dudukku. “eh, kamu mau berjalan, sini aku bantu”, jawab
dimas tergesa-gesa langsung mendekapku. Dimas mengiringi jalanku yang agak
sedikit pincang. Ku tidak tahu, kenapa kaki ini terasa kaku untuk berjalan.
Dimas selalu saja membuatku tertawa dan bahagia saat itu. Aku mngelilingi taman
bunga itu diiringi Dimas yang mendekapku samping kanan.
Aku
pergi bukan berarti tak setia
Aku pergi demi untuk cita-cita
Maaf bila mungkin kita harus terpisah
Relakanlah mungkin ini sudah takdirnya
Ku tak ingin ada benci
Ku tak ingin ada caci
Yang aku ingin kita slalu
baik-baik saja
Kenangan
kita takkan ku lupa
Ketika
kita masih bersama
Kita
pernah menangis
Kita
pernah tertawa
Pernah
bahagia bersama
Semua akan selalu ku ingat
Semua akan selalu membekas
Kita pernah bersatu dalam satu
cinta
Dan kini kita harus terpisah
Aku
pergi....
Aku
pergi....
Aku pergi...
Aku menyanyikan lagu ini, saat Dimas membawaku ke sana kemari
melewati taman bunga. Dimas terpaku saat mendengar merduku saat lagu slow.
Dimas tak mampu berkata apa-apa ia hanya tercengang melihatku. Aku terus
menghayati lagu itu dan mengingat masa indah bersamanya. Hening ... air mata
Dimas jatuh terurai. Aku kaget dipipi nya yang mulai memerah menahan. Kini dia
melepaskanku ke rumput hijau nan indah itu. Dimas menangis. Dia benar-benar
menangis
Ku semakin kaget dan meghentikan lagu itu. “dimas”, perlahan
menyapa pundaknya. Dimas tertunduk lesu tak berdaya. “ingatlah lagu itu
dihatimu, aku akan selalu mengingatmu, semua tentang kita, kenangan kita, biar
semuanya disimpan di memori lagu itu, kamu jangan sedih”, ucapku lagi dengan
lemah lembut dan mengelus-elus pundaknya.
“aku takut, nanti aku kehilanganmu sa”,sahut Dimas yang
terisak tangis yang tak dapat ditahannya.
Aku terdiam sejenak mendengar ucapanya. Ternyata masih ada
orang yang tak mau kehilanganku, padahal orang tuaku saja tidak peduli.
Kenapa harus orang lain yang peduli?
“sudahlah, aku sekarang berada disampingmu”. Ucapku pelan namu
terdengar ditelinga Dimas. Dimas langsung mendekapku erat-erat. Badannya terasa
hangat, aku baru merasakan kesekian kalinya orang yang menyayangku dengan
tangis.
Aku terharu sama dimas apa aku tega meninggalkan orang yang
menyayangiku di dunia ini?. Ya tuhan.. tolong aku !!
Badanku terasa
lemas aku merasakan ketidak nyamanan dalam tubuhku. Langsung ku cek hidungku,
ku sapu dengan tanganku. Tenyata dugaanku benar hidungku mimisan kembali, kali
ini semakin kental dari biasanya. Dimas melepaskan dekapku dan melepaskan
parasku yang mulai pucat. Badanku lemas dan tak berdaya terasa sulit ku
bernafas dadaku tersesak. Denyut jantungku sangat lambat aku tak dapat mengambil
nafas dengan stabil. “ Aaaa... aaa..”, ucapku sulit untuk berkata. Dimas
membaringkanku di pangkuan kakinya dia semakin terisak melihat kondisiku. “Sal,
lo kenapaa!!! Ya Tuhan...” sahut dimas cemas dan tak tau apa yang harus dia
lakukan dengan segala cara dia lakukan untuk kesembuhanku. Tapi...
“Di....diii....mass...... aaa.... ku..... min....taa...
maa....aaaff.”, ucapku sulit berkata.
Karena nafasku sudah tidak kuat lagi untuk berbicara.
“kamu gak salah, gak perlu minta maaf, kamu harus sembuh sal..
aku gak mau kehilangan kamu”, ucap Dimas sambil menangis.
“aaa....kuu...... saaa....yaa...ng... kaa....muuu..
dii.....maasssss”, ucapku yang terakhir kalinya.
Nafasku sudah sampai ke titik nol. Aku tak lagi bisa bernafas.
Mataku terpejam dan aku kembali ke maha kuasa.
“SALSA............” teriak Dimas.
Seamat tinggal
Dimas. “maaf aku telah pergi untukmu, maaf, kamu udah kehilanganku, tapi
sadarilah cintaku tak akan hilang darimu”.
Comments
Post a Comment