Indahnya Dakwah dalam Islam
INDAHNYA DAKWAH DALAM ISLAM
Saya ingin mengajak
Anda untuk selalu bersyukur kepada Allah segala nikmat yang telah kita
dapatkan. Bersyukurlah karena Allah telah menciptakan manusia dengan segala
kekurangan. Lebih dari itu, bersyukurlah kepada Allah yang telah manusia dengan berpasang-pasangan. Aku
bersaksi bahwa tiada tuhan yang disembah selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya,
aku bersaksi bahwa Muhammad sawhamba dan rasul-Nya
Sesungguhnya
sebaik-baik perkara ialah firman Allah swt. dan sebaik-baiknya petunjuk ialah
petunjuk yang dibawa Nabi saw. Dan sejahat-jahatnya perbuatan ialah perbuatan
yang direka-reka di dalam agama, tiap-tiap rekaan adalah bid’ah, tiap-tiap
bid’ah adalah kesesatan, dan tiap-tiap kesesatan di dalam neraka.
“Wahai
orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamju kepada Allah sebenar0benar taqwa
kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
muslim.” (Ali ‘Imran: 102)
Tahukah kamu wahai
saudaraku jalannya dakwah islam itu sangat indah dan menawan. Kita berbagi
bersama saudara kita yang akan menuntun kita ke arah Surga-Nya Allah. Dakwah
itu berarti peduli bukan memaki. Dakwah itu saling berbagi ilmu bukan saling
menyombongan ilmu apalagi sok alim atau sok tau. Dakwah itu jalannya hidup yang
akan terus menuntun kearah yang lebih baik dan menjauhi segala larangan-Nya.
Jalan dakwah tidak ditaburi bunga-bunga harum melainkan jalan sukar yang
panjang. Sebab, antara haq dan bathil ada pertentangan nyata. Dakwah memerlukan
kesabaran dan ketekunan memikul beban berat. Dakwah memerlukan kemurahan hati,
pemberian dan pengorbanan tanpa mengharapkan hasil yang segera, tanpa putus asa
dan harapan.
Tugas terbesar umat
Islam ialah memimpin dunia, mengajar seluruh kemanusiaan kepada sistem Islam,
membimbing kepada cara hidup Islam kepada ajaran yang baik, karena tanpa Islam
manusia tidak mungkin mendapatkan bahagia. Tugas ini bukan tugas juz’iyah bukan
tugas sampingan dan bukan sebagian-sebagian. Bukan tugas hanya untuk mencapai
tujuan-tujuan terbatas dalam aspek politik, sosial dan ekonomi saja. Bukan pula
hanya untuk satu tempat atau daerah tertentu. Bukan pula terbatas pada suatu
bangsadan tanah air tertentu. Akan tetapi tugas ini merupakan satu tugas agung
, yang meliputi segenap sisi kehidupan, demi kehidupan seluruh manusia dan kemanusiaan
sejagat yang paling sempurna dan bermanfaat. Bahkan kebaikan bagi seluruh
makhluk Allah, karena Rasulullah diutus untuk membawa rahmat seluruh Alam.
Adapun balasannya,
sangat besar. Yang lainnya adalah kecil belaka. Segala yang ada di dalam hidup kita
di dunia, berupa kenikmatan, kekuasaan, kesenangan, dan kemewahan, semuanya
kecil belaka. Balasannya berupa surga seluas langit dan bumi. Di dalamnya
disediakan segala sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah
terdengar oleh telinga dan tidak pernah terliuntas dalam fikiran. Disurga kita
akan bersama-sama dengan Nabi-nabi, para syuhada, para shiddiqin, dan para
shalihin, karena merekalah sebaik-baik sahabat. Kita akan selamat dari azab
neraka yang kayu apinya terdiri dari batu dan manusia. Puncak dari semua itu
ialah keridhaan Allah.
Firman Allah:
“Dan
keridhaan Allah lebih besar, itu adalah keberuntungan yang besar.” (At-Taubah:
72)
Bagi umat islam, pria
atau wanita,memperbaiki diri sendiri dan menyeru orang lai ke jalan Allah merupakan dua kewajiban asasi dalam
jalan dakwah. Disamping dua kewajiban tersebut terdapat kewajiban lain yang
tidak kurang pentingnya, yaitu menegakkan keluarga muslim. Setiap umat islam
adalah kader aqidah yang harus dipersiapkan untuk menjadi seorang muslim yang
ideal, yang menjadi model keislaman yang benar serta menjadi pemimpin teladan
yang patut diikuti. Kita sangat memerlukan keluarga muslim teladan sebagai
tiang yang kuat dalam pembangunan masyarakat islam. Keluarga muslim mempunyai
peranan penting dalam kekuatan dan keutuhan masyarakat atau keterpecahan dan
kekacauannya. Keluarga adalah sanggar bagi tunas-tunas baru yang dididik,
dibina dan dipersiapakan. Keluaragalah yang bertanggung jawab mencetak dan
membentuk keteguhan pribadi anak-anak yang menentukan corak hidup mereka.
Rasulullah saw.
bersabda:
“Tiap-tiap
anak dilahirkan dalam fitrahnya yang suci, dan kedua orang tuanyalah yang
menjadikannya Yahudi,Nasrani atau Majusi.” (HR. Bukhari)
Uslub (cara penyampaian
dakwah) adalah sebagian dari dakwah itu sendiri. Ketinggian mutu, pengertian
dan cita-cita dakwah saja belum cukup kalau dilaksanakan dengan penyampaian
yang salahdan tidak tepat. Ada kemungkinan uslub dan cara yang digunakan itu
justru dapat memperburuk suasana atau menyebabkan manusia lari dari dakwah yang
disampaikannya, karena disampaikan dengan tidak tepat. Untuk itu Allah swt.
Telah memberikan petunjukkepada kita dengan firman-Nya:
“Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik, dan
berdebatlah dengan mereka dengan cara yang paling baik.”
(An-Nahl: 125)
Menyuruh orang berbuat
baik dan mencegah mereka dari berbuat yang mungkar dan jahat harus dengan
penyampaian yang baik, dengan perkataan yang tepat, bukan dengan asal bicara
saja, bukan dengan caci maki, kutuk dan sumpah serampah.
Seorang Dai harus
berani mengatakan yang benar ealaupun pahit, tetapi harus dilakukan dengan cara
yang tepat dan menerik serta mudah diterima dan dicerna orang. Disamping itu
dia juga tidak boleh hipokrit, munafik dan pura-pura, walapun bertujuan untuk
menarik hati dan menyenangkan manusia. Dia harus tegas dan terus terang suapaya
manusia dapat mengenal kebenaran yang disampaikannya. Karena caya yang
terselubung dan berliku-liku, berpura-pura, diplomatis gaya minafiqin, tidak
sesuai dengan keagungan dan kebenaran dakwah Allah yang diserukannya. Dan Allah
memberi peringatan kepada Rasulullah saw. dengan firman-Nya:
“Maka
mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak pula
terhadap kamu.” (Al-Qalam: 9)
Mereka mengingkan para
Da’i bersikap akomodatif dan kompromistis, agar mereka juga bersikap seperti
itu kepadamu.
Para da’i perlu
memahami jiwa manusia dan psikologi sosial yang berkembang, dan mengetahui
kunci hati agar membuka pintu-pintu hati dan memasukkan dakwahnya kepada
mereka. Jangan terburu-buru dan sekaligus memnyampaikan sesuatu yang dibenci
oleh mereka, agar tidak kaget dan terkejut. Seorang juru dakwah terlebih dahulu
harus memulainya, setelah pengkajian, penyaringan dan persiapan matang
terhadapa sesuatu yang diperlukannya.
Seorang juru dakwah
harus menentukan pengertian dan tema yang akan dibicarakan suapaya para
pendengarnya dapat mengambil manfaat yang nyata dari dakwah yang
disampaikannya. Ia mesti memelihara sistematika uraian terhadap pengertian dan
tema yang dibicarakannya dan sistematika yang dapat mendukung dakwahnya agar
mereka dapat menyakini dan menerima apa yang disampaikannya.
Seorang da’i harus
mampu memandukan akal, perasaan dan hati nurani manusia dalam cara
menyampaikan. Jangan bicara dengan dasar akal semata-mata dan membiarkan
perasaan dan hati nurani dalam ketandusan, dan tidak pula berbicara dengan
semata-mata berdasarkan hati nurani dengan mengabaikan kemantapan akal fikiran.
Salah satu cara yang
berguna yang senantiasa berpengaruh dan berkesan baik ialah pembicaraan yang
mampu memantapkanaqidah, dimulai dengan memantapkan hati manusia tentang adanya
Allah. Kemudia menjelaskan hakikat risalah (tugas) manusia dalam hidupnya.
Seterusnnya diakhiri dengan mengukuhkan dan menegaskan bahwa islam adalah
manhaj, cara dan pegangan hidup yangbenar dan lengkap, berusaha untuk memulai
hidup secara Islami dan menegakkan Negara Islam (Daulah Islamiyah) sebagai
salah satu tugas kewajiban umat Islam.
Juru dakwah yang
menyeru manusia ke jalan Allah harus selalu waspada dengan menumbuhkan
optimisme, harapandan cita-cita mulia di kalanganpara pendengarnya. Dia mesti
menyakinkan mereka bahwa masa depan dunia ini adalah untuk kemenangan Islam dan
Abad ini adalah Abad kebangkitan Umat Islam. Sedapat mungkin ia harus berusaha
menghapuskan segala pengaruh dan kesan putus asa dan jiwa mereka, agar mereka
tidak mudah menyimpang dari prinsip Islam dan tidak bersikap apatis dan jumud
di tengah jalan dakwah ini.
Jika para dakwah
merasakan atau melihatmanusia berpaling, maka hendaklah ia mengoreksi kembali
cara dakwahnya, karena mungkin saja cara dakwah yang dilakukan tidak tepat,
atau waktunya tidak sesuai, atau karena suasana dan situasi tidak mendukung
yang menyebabkan hal-hal seperti itu.
Seorang Da’i harus berusaha
sungguh-sungguh menselaraskan antara
ilmu dan amal, agar mereka mengamalkan ilmu yang diketahuinya, bukan hanya
merupaka pengetahuan ilmiah semata.
Dia mesti menjaga
waktunya biacara, agar orang tidak jemu mendegarkan pembicaraannya, karena
mungkin saja akibat terlalu panjang bicara, atau kurang menariknya
pembicaraannya, karena justru akan menjadikan para pendengarnya bosan dan jemu.
Apa yang baru saja
disebut diatas hanyalah merupakan gambaran singkat di sekitar cara menyampaikan
seruan kepada manusia menuju jalan Allah. Uraian di atas tidak bermaksud
membatasi hikmah kebijaksanaaan dan cara-cara penyampaian dakwah, karena disana
banyak cara-cara lain yang dapatdipergunakan oleh para juru dakwah.
Comments
Post a Comment